ISTIDRAJ "Kesenangan sesaat yang akan digantikan dengan adzab"

Sabtu, 26 April 2014

Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Mungkin anda pernah melihat orang-orang yang gemar berbuat dosa tetapi hidup mereka justru terlihat bahagia dan menyenangkan, seolah ALLAH melimpahkan nikmatnya untuk mereka. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Silahkan simak uraian berikut ini: “(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).

Baca dan pahami juga ayat yang ini: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Az Zalzalah: 7-8)
Dzarrah: biji / benda dengan ukuran terkecil.

Jadi, tidak mungkin jika keburukan akan ALLAH balas dengan kebaikan, atau sebaliknya. Yang pasti, kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, dan keburukan akan dibalas dengan keburukan.

Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah, “Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mreka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
(HR. Ahmad, no.17349, Thabrani dalam Al-Kabir, no.913, dan disahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 414).

Jika ada orang yang berbuat dosa tetapi mendapat kesenangan dan tidak mendapat adzab dari ALLAH maka bisa jadi itu adalah istidraj. Kesenangan tersebut hanyalah kesenangan sesaat di dunia yang akan dibalas/digantikan dengan adzab/siksaan oleh ALLAH baik disegerakan di dunia atau di akhirat.

Istidraj secara bahasa diambil dari kata da-ra-ja (Arab: درج ) yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Sementara istidraj dari Allah kepada hamba dipahami sebagai ‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung. Allah biarkan orang ini dan tidak disegerakan adzabnya. Allah berfirman, “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-Qalam: 44)

Semua tindakan maksiat akan Allah balas dengan nikmat, dan Allah membuat dia lupa untuk beristighfar, sehingga dia semakin dekat dengan adzab sedikit demi sedikit, selanjutnya Allah berikan semua hukumannya, itulah istidraj.

Kenapa ALLAH berbuat demikian? Kenapa ALLAH tidak memberi hidayah saja dan menyadarkan mereka?
Itu karena hidayah tidak akan diberikan kepada mereka yang menutup hatinya dan tidak bersedia menerima petunjuk ALLAH, bahkan mereka menjadikan kebaikan yang diajarkan ALLAH sebagai bahan untuk mengolok-olok. Hidayah bisa saja datang kepada orang yang dzolim dan gemar berbuat dosa jika kemudian orang tersebut membuka hatinya untuk menerima petunjuk-petunjuk ALLAH yang terdapat dalam ajaran agama.

Wallaahu a'lam bish-showab.

Copyright @ 2013 Assaabiquun. Desain atas kerjasama Rizki Adriadi Ghiffari | Rizki Adriadi Ghiffari