Lapis-Lapis Keberkahan

Rabu, 25 Juni 2014

Ramadhan adalah bulan yang istimewa. Allah berikan lapis-lapis keberkahan di dalamnya. Diantara keutamaan bulan istimewa ini adalah Allah berikan kepada ummat Muhammad saw. Sampai-sampai Musa as cemburu kepada ummat Muhammad atas ketetapan Allah ini. Ramadhan berasal dari kata Ramad yang artinya membakar dan terik. Dikisahkan Ramadhan pertama kali ditetapkan saat jazirah Arab mengalami puncak musim panas.

Bulan Ramadhan menjadi istimewa karena pada bulan itu Alqur’an diturunkan. Al-Qur’an diturunkan kepada Muhammad saat usianya 40 tahun. Pada malam itu Muhammad mengasingkan diri di Gua Hira. Beliau memikirkan kerusakan yang terjadi di negerinya. Bagaimana perzinaan, perjudian, penguburan anak perempuan hidup-hidup, perbudakkan, dan perbuatan keji dan munkar lainnya menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat Arab kala itu. Bahkan mereka membuat syariat-syariat baru dengan prasangka-prasangka mereka.

Sebelum menurunkan wahyu-Nya, tentu Allah telah memeriksa hati setiap manusia kala itu, dan Allah mendapati hati Muhammad lah yang paling jernih, sehingga Allah titipkan padanya amanah yang begitu besar, yaitu untuk menegakkan syariat Allah.

Sedemikian dalamnya Muhammad terlarut memikirkan nasib negerinya, dan dengan tiba-tiba datang utusan Allah dari langit yang mengatakan, “iqro”. Muhammad hanya diam. Muhammad adalah seorang yang ummiy, beliau  tak bisa membaca pun menulis. Karena masyarakat Arab saat itu menganggap bahwa kecerdasan seseorang diukur dari bagaimana ia menghafal dan menyusun syair secara spontan. Sehingga seseorang akan dikanggap kurang cerdas apabila ia menulis dan membaca.
Turunnya Al-Qur’an saat itu merupakan titik perubahan Islam.  Cahaya Allah itu turun melalui Jibril. Di Gua Hira dengan “iqro” sebagai kata pertamanya. Jibril memerintahkan Muhammad untuk membaca. Bukan membaca tulisan, namun membaca keadaan di sekitarnya. Membaca dan merenungi ciptaan-ciptaan Allah. Bagaimana rumitnya penciptaan manusia. Allah mengajarkan pelajaran yang tidak diketahui Muhammad dan manusia lain sebelumnya.

Saat itu Jibril mendekap Muhammad dengan sangat erat. Dekapan itu bukan hanya membuat Muhammad bergetar, tapi juga sesak nafas. Jiwa Muhammad seolah terguncang saat wahyu pertama turun padanya. Beliau tak menyangka sedikitpun akan menerima wahyu dari Allah. Berkali-kali Muhammad terjatuh saat berjalan pulang ke rumah saking gemetarnya. Kemudian beliau mengetuk-ngetuk pintu rumah Khadijah dan dalam gemetar beliau berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Khadijah sebagai wanita yang cerdas dan agung hanya menuruti suaminya tanpa banyak bertanya. Ia sungguh mengetahui bahwa laki-laki berbeda dengan perempuan. Laki-laki hanya butuh ruang dan waktu untuk menyendiri ketika memiliki masalah. Sebaliknya, perempuan lebih memilih bercerita untuk membagi beban hingga ia merasa ringan karenanya.

Al-Qur’an adalah salah satu lapis keberkahan yang Allah titipkan di dalam Ramadhan. Al-Qur’an adalah kitab yang mengandung keberkahan dunia akhirat. Ia adalah penyembuh bagi setiap hati manusia yang berpikir. Ruh dan jasad adalah dua unsur pembentuk manusia.
Ruh berasal dari negeri akhirat, sehingga sebetulnya ia selalu meronta setiap hari untuk kembali ke kampung halamannya. Sedangkan jasad berasal dari tanah, dari bumi. Sehingga ia selalu merajuk kepada manusia untuk berlama-lama tinggal di bumi. Itulah sebabnya mengapa manusia senang mempercantik jasadnya, menjaga jasadnya dengan macam-macam kosmetik anti penuaan, anti keriput, dan sebagainya.

Ruh tidak butuh semua itu. Ruh ibarat perantau yang merindu. Dan kerinduannya hanya bisa diobati dengan media yang menghubungkannya dan mengingatkannya pada kampung halaman. Jika perantau saat ini membutuhkan skype atau jaringan telepon untuk berkomunikasi dengan keluarganya sehingga ternutrisi kembali semangat juangnya untuk segera kembali ke kampung halamannya, maka ruh butuh Al-qur’an sebagai penyangga semangatnya untuk terus berjuang menuju kampung akhirat.

Bacalah Al-Qur’an dan taddaburilah ia agar kita tahu langkah apa yang mendekatkan ruh kita pada sebaik-baik tempat berpulang. Ruh yang jauh dari Allah adalah ruh yang sakit. Ia tidak akan kuat menanggung beban-beban hidup.
Allah berfirman dalam Alqur’an bahwa sebaik-baik pekerjaan di malam hari bagi manusia yang penat setelah berlelah-lelah dan berpayah-payah di siang hari adalah berdiri dan membaca firmanNya dengan tartil, bersujud, dan bermesra dalam doa denganNya. Bukan tidur 8 jam, dan cuci kaki cuci tangan, minum susu sebelumnya. Dengan qiyamul lail, Allah akan sambung semangat dalam berjuang. Dengan qiyamul lail, Allah akan hapuskan semua kekhawatiran dan ketakutan yang merasuk dalam dada hamba-hambaNya.

Al-Qur’an adalah penyembuh hati manusia. Ia mengobati dengki, dendam, tamak, sombong, & sum’ah. Bagaimana seseorang bisa menyimpan dengki kalau ia menyimak firman Rabb nya yang Maha Agung dan menyadari betapa hina dan fakirnya ia di hadapan Rabb nya. Bagaimana seseorang akan menuruti hawa nafsunya sedang ia membaca firman Allah sang pemilik syurga.

“Ihdinaa shiraathal mustaqiim..” Sedikitnya 17 kali kita membaca firman Allah ini dalam sehari. “Tunjukilah kami jalan yang lurus” Sedikitnya 17 kali kita melafalkan doa ini dalam sehari. Ketahuilah bahwa jalan yang lurus ini tidaklah mudah. Ia seringkali dapat berbentuk jalan yang terjal, berliku, dan curam.
Al-Qur’an mengandung banyak kisah yang mengandung banyak hikmah. Renungilah kisah Yusuf as dengan liku-liku kehidupannya. Bagaimana ia menjadi kesayangan sang ayah, kemudian didengki oleh saudara-saudaranya, dibuang ke sumur, ditemukan seseorang, dijual, dijadikan budak, lalu digoda oleh majikannya. Ia memilih di penjara, lalu kemudian dibebaskan, hingga ia diangkat menjadi menteri.

Renungilah kisah Yunus as, yang hampir berputus asa dalam dakwah. Renungi pula kisah kekayaan Sulaiman as, kisah ketabahan Ayyub as, kisah kegigihan dakwah Musa as. Allah berikan kepada kita hikmah/pengajaran dan petunjuk melalui kisah-kisah di dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah furqon, yang dengannya kita bukan hanya dapat membedakan, tapi juga membantu menentukan mana yang haq, yang harus kita ambil dan mana yang batil yang harus kita jauhi.

Lapis keberkahan berikutnya yang terkandung dalam bulan Ramadhan adalah syariat shaum yang Allah tetapkan bagi hambaNya. Kaum Quraisy terdahulu terbiasa untuk berpuasa pada tanggal 13, 14, 15 di setiap bulannya, kita mengenalnya dengan shaum ayyamul bidh. Lalu Allah menurunkan syari’at untuk shaum di bulan Ramadhan dan disunnahkan untuk menyempurnakannya dengan shaum 6 hari di bulan Syawal. Sehingga dengan shaum tersebut Allaah janjikan pahala layaknya shaum sepanjang tahun.

Shaum adalah ibadah yang istimewa. Shaum adalah latihan mengupayakan terkabulnya doa. Sebab, salah satu faktor yang mengahalangi diijabahnya doa adalah makanan yang haram yang mengalir dalam darah kita. Oleh karenanya, shaum diharapkan dapat membentengi diri dan membuat kita lebih berhati-hati memberi asupan pada tubuh kita. Selain halal, makanan yang kita makan juga harus thoyyib/baik.
Hasrat untuk berdoa adalah karunia Allah. Kita boleh khawatir akan tidak diijabahnya doa. Tapi kita perlu lebih merasa khawatir ketika di dalam diri tak ada keinginan untuk berdoa. Ada indikasi sombong di dalam diri kita. Berdoa bukan hanya perkara meminta, sebab Allah tentu lebih tahu apa yang menjadi kebutuhan kita. Berdoa adalah berbincang mesra kepada Allah. Menyandarkan diri atas semua ketetapanNya. Menghinakan diri, merasa diri tak berdaya di hadapanNya.

Jangan pernah merasa besar dengan keislaman kita. Jangan merasa paling berjasa dengan keberhasilan-keberhasilan dakwah kita. Sebab semua itu tidak dapat terjadi tanpa kehendakNya. Tiada daya dan upaya untuk melakukan ketaatan, menjauhi kemaksiatan kecuali dengan pertolonganNya.

Ketahuilah, karunia Allah atas akhirat lebih baik daripada karunia Allah atas kenikmatan dunia. Maka, berbahagialah orang yang amal sholehnya tidak di balas di dunia, karena bisa jadi amal sholehnya itu tak dapat terbayar dengan dunia dan isinya.

Sadarilah bahwa kebaikan-kebaikan yang datang pada kita bukanlah balasan amal sholeh, ia adalah ujian. Ayyub as selalu beramal sholeh, namun Allah karuniakan padanya sakit berkepanjangan dan kefakiran. Takaran keberhasilan amal sholeh adalah ketika dengan amal sholeh itu berhasil membentenginya dari perbuatan keji dan munkar.

Ditulis oleh: Ambar Septi Purwaninda
*Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan*
mignoninda
beautyofislam
Jun 23rd, 2014

Notulensi Kajian Tahrib Ramadhan: Lapis-Lapis Keberkahan o/ Ust Salim A. Fillah http://t.co/bPVhUAEO1N. Semoga bermanfaat..

Copyright @ 2013 Assaabiquun. Desain atas kerjasama Rizki Adriadi Ghiffari | Rizki Adriadi Ghiffari